Papa aku beli waktumu 1 jam untukku (kisah haru menginspirasi)


Seorang Ayah yang tinggal di pinggiran Jakarta dan bekerja di pusat kota Jakarta . Setiap pagi si Ayah harus sudah berada di balik kemudi sebelum jam 6 pagi untuk menghindari macet dan menghindari genap ganjil di pintu masuk tol . Si Anak masih terlelap tidur saat si Ayah berangkat kerja dan si Ayah biasanya sampai di rumah rata rata jam 9 malam saat si Anak sudah tidur. Hal demikian dilakukan si Ayah dari Senin sampai Jumat dan si Ayah juga ngantor pada hari Sabtu walaupun hanya setengah hari tapi si Ayah tetap berangkat pagi pagi di hari Sabtu dan pulang jam 6 sore di hari Sabtu.

Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul 9 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 3 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah. Sepertinya ia sudah menunggu lama.

“Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya.

Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja, dan masih tidur ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.

“Aku menunggu Papa pulang, karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?”, kata sang anak.

“Lho, tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta uang lagi ya?”, jawab sang ayah.

“Ah, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu aja…” kata anaknya.

“Oke, kamu boleh hitung sendiri. Gaji Papa kalau dihitung per hari adalah Rp. 800 ribu . Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam . Setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa satu bulan berapa, hayo?!”, tanya sang ayah.

Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.

Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.

“Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 800.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 80.000 per jam dong!”

“Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!”

Tapi sang anak tidak mau beranjak. “Papa, aku boleh pinjam uang Rp 20.000 nggak?”

“Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur”

“Tapi papa..”

“Sudah, sekarang tidur” suara sang Ayah mulai meninggi.

Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.

Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp 60.000.

Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata “Maafin Papa ya! Kenapa kamu minta uang malam-malam begini.. Besok kan masih bisa. Jangankan Rp.20.000, lebih dari itu juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?”

“Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.”

“Iya..iya..tapi buat apa??” tanya sang Papa.

“Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 7 malam. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 60.000. Tadi Papa bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 80.000.. Karena uang tabunganku hanya Rp.60.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 20.000 dari Papa” .

Keceriaan anak dan ayah

Sang Papa cuma terdiam.

Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis. Mendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis.

Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..

“Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.

“Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa bekerja keras. Maafkan Papa anakku” kata sang Papa ditengah suara tangisnya.

Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papanya.

Ini adalah potret kehidupan sehari hari kita di kota Jakarta . Cari duit mati matian untuk keluarga. Tapi saat si anak dari kecil tumbuh dan menjadi remaja , kita tidak punya waktu untuk menemaninya. Golden moment kebersamaaan dengan anak terlewati dan saat anda pensiun dan sudah punya waktu, si anak sudah keburu remaja dan sudah tidak mau berpergian bersama orang tuanya lagi karena sudah memiliki teman teman seusia dalam pergaulannya.

Sudah berbahagiakah anda dengan rutinitas kerja anda selama ini ?

Tidak ada komentar: