Dr. Aspri Rahmat Azai, MA: ANTARA AKAL DAN SYARIAT

ANTARA AKAL DAN SYARIAT

1. KAEDAH UMUM

Sebagai kaedah umum harus difahami diawal adalah :

1. Bahwa Allah menciptakan akal sebagai mana Allah menciptakan mata, tangan, kaki dan lainnya sebagaimana Allah menciptakan makhluk

2. Semua ciptaan Allah, kemampuannya terbatas sebagaimana pendengaran terbatas, penglihatan terbatas, maka kemampuan akal pun terbatas

Mengapa hal ini harus dibahas terlebih dahulu, karena di luar sana ada orang yang mentuhankan akal yang menganggap akal adalah segalanya

2. DEFINISI AKAL

Secara Bahasa Dalam bahasa arab (iqol/tali kekang kuda), asal katanya adalah untuk menghentikan, mengotrol dan membuat sesuatu terbatas dan tidak bebas

Secara istilah Para ulama menafsirkan pada beberapa bahagian pembahasan diantaranya yakni Akal adalah daya fikir untuk memahami sesuatu dan sebagainya yaitu daya yang ada pada manusia untuk berfikir, memahami dan mengerti

Bahwa daya akal manusia antara satu dengan lainnya berbeda, bahkan setiap level tingkat umur pun berbeda, antara laki-laki dan perempuan berbeda dan masing individu tentu berbeda

3. LETAK AKAL

Terjadi perbedaan pendapat para ulama, ada yang mengatakan letak akal adalah pada otak dengan alasan jika otaknya rusak maka ia tidak dapat lagi berpikir, dan ada pula ulama yang mengatakan letak akal pada Qalbu, sebagaimana didukung oleh dalil berikut :

أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٞ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٞ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ
Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj : 46)

Ada ulama yang berupaya menggabungkan 2 pendapat ini dimana akal untuk mengenal hidayah adalah Qalbu, sedangkan akal untuk menganalisa adalah otak sebagaimana diterangkan oleh ibnu Taimiyah

4. ILMU PENGETAHUAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Islam memberikan dua jalan pada kaum Muslimin untuk memperoleh pengetahuan :

1. Dengan Jalan Wahyu

Dengan wahyu, terbuka pengetahuan yang tidak bisa dicerna oleh akal, tentang hal-hal gaib serta tentang Allah

Contoh : ayat yang paling mulia dalam Alquran adalah ayat kursi, dimana Allah memperkenalkan ilmu tentang dirinya dengan 20 sifat dan 5 nama nya yang mulia dan didalam ayat kursi terdapat banyak argumentasi-argumentasi tentang tauhid, Allah berfirman :

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٞ وَلَا نَوۡمٞۚ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ مَن ذَا ٱلَّذِي يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيۡءٖ مِّنۡ عِلۡمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفۡظُهُمَاۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡعَظِيمُ
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar (Al-Baqarah 255)

Sehingga cara untuk mengenali Allah, jalannya adalah dengan memahami wahyu yang Allah berikan yakni melalui Alquran dan Hadits yang disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam

2. Melalui indera dan akal melalui uji coba

Islam tidak menentang pengetahuan dengan akal ini , dimana didalam alquran banyak ayat yang mendukung tentang pengetahuan dengan akal (otak) manusia ini

5. MEMPERGUNAKAN AKAL

Dalam mempergunakan akal terbagi tiga golongan manusia :

1. Meletakkan standar kebenaran hanya berdasarkan akal

2. Tidak memfungsikan akal bahkan berbuat diluar akal, terutama urusan akidah dan standar kebenaran (tradisi, tokoh, mimpi dan lainnya)

3. Memposisikan akal pada tempatnya, yakni sesuatu kebenaran ia standarkan pada akal dan Syariat, dan meskipun ada syariat yang tidak berkesesuaian dengan akal, namun bila merupakan syariah yang sahih sesuai dengan Alquran dan Hadits maka hal tersebut ia jadikan sebagai standar kebenaran

Islam memberikan jalan pada manusia untuk meletakkan akal pada tempatnya. Ketika Allah mengabarkan bahwa Dia yang menciptakan, menumbuhkan, menghidupkan yang mati, dan melakukan seluruhnya, maka akal tinggal mengimani

6. MENDAHUKUKAN AKAL DARI PADA SYARIAT

Mendahulukan akal daripada wahyu dan Syariat adalah perilaku dan pemikiran orang-orang yang tidak beriman

Abu Bakar digelari AsShiddiq disebabkan beliau membenarkan kejadian Isra dan Mi'raj , meskipun bertentangan dengan akal

7. BAGAIMANA AHLUSSUNAH MELETAKKAN AKAL

Ibnu Taimiyah seorang ulama abad ke 8 Hijriyah mengatakan bahwa akal merupakan syarat untuk mengetahui maklumat, menghasilkan pemikiran, sempurnalah ilmu dan amal, tetapi akal tersebut tidak berdiri sendiri untuk menetapkan kebenaran

8. ISLAM MEMULIAKAN AKAL

Pemuliaan Islam terhadap akal dapat terlihat dari beberapa unsur :

1. Islam menjadikan orang yang berakal sebagai salah satu syarat dibebankannya syariat

وَلَكُمۡ فِي ٱلۡقِصَاصِ حَيَوٰةٞ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Dan dalam qisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa (Al baqarah 179)

2. Islam menjadikan akal sebagai sebab untuk mengambil pelajaran,

يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat (Al baqarah 269)

3. Ketika syariat islam dibebankan pada orang yang berakal saja

4. Islam mengharamkan sarana-sarana yang akan menghilangkan akal, seperti diharamkannya khamar

Diantara fungsi akal :

- Memahami wahyu
- Memahami apa yang ditangkap oleh indera

DARI PEMBAHASAN DIATAS DAPAT DIAMBIL BEBERAPA KAEDAH DAN KESIMPULAN:

KAEDAH :

1. Tidak benar memposisikan akal setara dengan syariat

2. Akal yang sehat tidak akan bertentangan dengan syariat yang benar

3. Sesungguhnya para Rasul membawa syariat yang membuat akal kagum, bukan membawa hal-hal yang mustahil menurut akal

4. Bahwa akal itu terkadang tidak mampu untuk mengetahui apa yang disembunyikan oleh agama, seperti adanya azab kubur

KESIMPULAN :

1. Bahwa antara akal dan Syariat tidak mungkin dipertentangkan

2. Yang menjauhkan diri dari akal maka akan menjauhkan diri dari surga

3. Yang mengesampingkan akal dan tidak menjadikan syariat sebagai tuntunan juga tidak akan menyampaikan diri kesurga

Safari Yayasan Suara Dakwah
http://suaradakwah.com

Tidak ada komentar: