Kajian Kitab Tsalatsatul Ushul
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rohimahullah berkata,
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Rohimahullah berkata,
وقال البخاري رحمه الله : ))بَابُ العِلْمِ قَبْلَ القَوْلِ وَالْعَمَلِ )). وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: {فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلَّا الله وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ} [سورة محمد، الآية: 19] ، فبدأ بالعلم قبل القول والعمل.
“(Imam) Al-Bukhori Rohimahullah berkata: ‘Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan’, Dalilnya firman Allah Ta’ala (artinya):
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Sesembahan Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (Surat Muhammad ayat 19),
(Di dalam ayat ini) Allah Ta’ala memulai dengan (menyebut) Ilmu (terlebih dahulu) sebelum ucapan dan perbuatan.”
PENJELASAN:
Beliau rohimahullah mengatakan, “Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.”
Asy-Syaikh Al-Fauzan Hafizhohullah menjelaskan, “Mengapa Ilmu (harus didahulukan) sebelum ucapan dan perbuatan?
Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah karena amal perbuatan tidak akan bermanfaat (bagi pelakunya) kecuali jika dilakukan di atas ilmu.
Beliau kembali menegaskan, bahwa suatu amal perbuatan yang dilakukan di atas kejahilan (kebodohan) tidak akan bermanfaat bagi pelakunya, bahkan bisa berbahaya dan membinasakan (pelakunya) pada hari kiamat (nanti), oleh karena itu ilmu harus didahulukan sebelum melakukan amal perbuatan. (Lihat “Syarah Tsalatsatil Ushul” hal. 37 – 38)
Dalil atas pernyataan tersebut terdapat dalam surat Muhammad ayat 19.
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Sesembahan Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (Surat Muhammad ayat 19),
(Di dalam ayat ini) Allah Ta’ala memulai dengan (menyebut) Ilmu (terlebih dahulu) sebelum ucapan dan perbuatan.”
PENJELASAN:
Beliau rohimahullah mengatakan, “Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.”
Asy-Syaikh Al-Fauzan Hafizhohullah menjelaskan, “Mengapa Ilmu (harus didahulukan) sebelum ucapan dan perbuatan?
Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah karena amal perbuatan tidak akan bermanfaat (bagi pelakunya) kecuali jika dilakukan di atas ilmu.
Beliau kembali menegaskan, bahwa suatu amal perbuatan yang dilakukan di atas kejahilan (kebodohan) tidak akan bermanfaat bagi pelakunya, bahkan bisa berbahaya dan membinasakan (pelakunya) pada hari kiamat (nanti), oleh karena itu ilmu harus didahulukan sebelum melakukan amal perbuatan. (Lihat “Syarah Tsalatsatil Ushul” hal. 37 – 38)
Dalil atas pernyataan tersebut terdapat dalam surat Muhammad ayat 19.
{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ}
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Sesembahan Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (Muhammad:19)
Di dalam ayat tersebut Allah Ta’ala menyebutkan “ilmu” terlebih dahulu sebelum “istighfar” (permintaan ampun) yang mengandung ucapan dan amal perbuatan. (Lihat ’Umdatul Qori` vol.2/39; oleh Al-‘Aini Rohimahullah)
Faedah:
Jika pada pembahasan yang lalu kita telah mengetahui ancaman murka Allah Ta’ala bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya.
Maka pada pembahasan kali ini, ancaman kesesatan ditujukan bagi orang-orang yang beramal suatu amalan tanpa didasari ilmu.
Seorang muslim yang baik akan menjauhi jalan kedua kelompok tadi. Karena kehidupan kaum Mukminin dipenuhi dengan ilmu dan amal.
Lain halnya dengan kaum Yahudi; mereka menghilangkan amal. (Yakni berilmu tapi tidak beramal); sehingga mendapatkan murka.
Sementara kaum Nashoro mereka menghilangkan ilmu. (Yakni beramal tanpa ilmu); hingga mereka tersesat. (Penjelasan selengkapnya bisa meruju’ kepada “Tafsir Ibn Katsir” 1/141, pada tafsir surat Al-Fatihah)
Wallahu A’lamu bisshowaab.
telegram @Halaqoh_Washilah
Di dalam ayat tersebut Allah Ta’ala menyebutkan “ilmu” terlebih dahulu sebelum “istighfar” (permintaan ampun) yang mengandung ucapan dan amal perbuatan. (Lihat ’Umdatul Qori` vol.2/39; oleh Al-‘Aini Rohimahullah)
Faedah:
Jika pada pembahasan yang lalu kita telah mengetahui ancaman murka Allah Ta’ala bagi orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya.
Maka pada pembahasan kali ini, ancaman kesesatan ditujukan bagi orang-orang yang beramal suatu amalan tanpa didasari ilmu.
Seorang muslim yang baik akan menjauhi jalan kedua kelompok tadi. Karena kehidupan kaum Mukminin dipenuhi dengan ilmu dan amal.
Lain halnya dengan kaum Yahudi; mereka menghilangkan amal. (Yakni berilmu tapi tidak beramal); sehingga mendapatkan murka.
Sementara kaum Nashoro mereka menghilangkan ilmu. (Yakni beramal tanpa ilmu); hingga mereka tersesat. (Penjelasan selengkapnya bisa meruju’ kepada “Tafsir Ibn Katsir” 1/141, pada tafsir surat Al-Fatihah)
Wallahu A’lamu bisshowaab.
telegram @Halaqoh_Washilah
Tidak ada komentar: