4 prinsip Ini, wajib kita yakini, pahami dan amalkan dalam kehidupan

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullaah!

Ada beberapa prinsip yang wajib kita yakini, kita fahami, dan kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan ini merupakan pondasi dalam kita beragama, dan asas dalam kita beragama.

PRINSIP YANG PERTAMA -yang wajib kita yakini-:

Bahwasanya agama Islam itu merupakan satu-satunya agama yang haq; selain Islam adalah bathil, selain Islam adalah sesat, selain Islam adalah kufur.

Ini keyakinan yang wajib diyakini oleh setiap muslim dan muslimah; karena Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an; Surat Ali ‘Imran ayat 19:

{إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ...}
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam ….”

Allah juga berfirman dalam Surat Ali ‘Imran ayat 85:

{وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam; dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.”
jalan lurus

Wajib kita meyakini bahwa satu-satunya agama yang haq; yang diridhai oleh Allah adalah Islam, selain Islam semuanya batil; apakah dia Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, atau agama yang lainnya; itu semuanya bathil, semuanya sesat, semuanya kufur, dan semuanya membawa ke Neraka. Wajib kita yakini itu; karena Allah berfirman dalam Surat Al-Bayyinah; Allah menyebutkan tentang orang-orang kafir:

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ}
“Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahannam mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.”

Ini nash Al-Qur’an yang wajib kita imani, yang wajib kita yakini: Bahwa selain agama Islam semuanya bathil dan tidak boleh kita memuji agama-agama selain Islam; tidak boleh.

Kita wajib meyakini bahwa satu-satunya agama yang haq adalah Islam, dan barangsiapa yang tidak mau memeluk agama Islam; maka dia akan masuk Neraka. Dan Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

((وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ))
“Demi (Allah) yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang dari umat Yahudi dan Nasrani yang mendengar diutusnya aku, lalu ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya (Islam), niscaya ia termasuk penghuni Neraka.”

[Hadits Shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah -radhiyallaahu 'anhu-]

Kalau seseorang tidak mau masuk ke dalam Islam; maka dia pasti menjadi penghuni Neraka. Jadi; satu-satunya agama yang haq, satu-satunya agama yang benar hanyalah Islam. Selain Islam; tidak akan diterima oleh Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa-.

PRINSIP YANG KEDUA yang wajib kita yakini:

Bahwa agama Islam ini telah sempurna -semuanya-: ajarannya sempurna, lengkap, tidak ada satu pun yang terluput. Dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sudah mengajarkan semuanya kepada manusia. Yang membawa manusia ke Surga; Nabi jelaskan lengkap, yang membawa manusia ke Neraka; Nabi sudah jelaskan semuanya.

Maka ketika Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- Hajjatul Wada’ di padang ‘Arafah; Allah turunkan ayat dalam Surat Al-Maidah ayat 3:

{...الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا...}
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.”

Telah sempurna agam Islam ini, tidak boleh ada ajaran yang lain: Apakah tentang hakekat, apakah tentang ma’rifat, apakah tentang syari’at, apakah tentang aliran, apakah tentang kelompok; tidak ada lagi dalam Islam; hanya satu yang bisa membawa manusia ke Surga: Yaitu agama Islam yang sempurna yang diajarkan oleh Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- kepada para Shahabatnya; yang wajib kita mengikutinya. Karena Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- sudah menjelaskannya secara lengkap, dan beliau bersabda:

((مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إلا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ))
“Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.”

[Hadits Shahih diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrani dalam "Al-Mu’jamul Kabiir"]

Agama Islam sudah sempurna: Tentang ‘Aqidah, tentang Ibadah, tentang Akhlaq, tentang Mu’amalah, tentang PERAYAAN, tentang segala macam; sudah sempurna dalam agama Islam, dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sudah jelaskan lengkap, tidak ada satu pun yang terluput dalam agama Islam. Kewajiban kita -sebagai Umat Islam- hanyalah mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Kita wajib meyakini bahwa agama Islam sudah sempurna, dan Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mengingatkan kepada umatnya -dalam hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan yang lainnya-; Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

((وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ))
“Jauhilah perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena setiap perkara yang baru (dalam agama) adalah Bid’ah, dan setiap Bid’ah adalah sesat.”

Ini Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- yang menyampaikan, Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- yang menyampaikan bahwa setiap perkara yang baru dalam agama adalah Bid’ah, dan setiap Bid’ah adalah sesat; maka kita tidak boleh membuat sesuatu yang baru dalam agama ini, agama Islam sudah sempurna, kewajiban kita hanyalah mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

PRINSIP YANG KETIGA:

Bahwa Agama Islam itu telah sempurna; baik dari segi ‘Aqidah, ibadah; TERMASUK PERAYAAN; semuanya sudah sempurna. Maka ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah; penduduk Madinah mempunyai dua perayaan yang biasa mereka rayakan sejak zaman Jahiliyyah. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mau mengikuti perayaan orang-orang kafir, dan tidak boleh mengikuti perayaan mereka, dan Nabi -shallallaahu ‘alahi wa sallam- bersabda:

((إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ))
“Sesungguhnya Allah telah gantikan dua perayaan itu bagi kalian dengan dua hari raya yang lebih baik: Hari Raya ‘Idhul Adh-ha dan Hari Raya ‘Idul Fithri.”

[Hadits Shahih diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan yang lainnya]

Maka dalam Islam hanya ada dua perayaan: ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adh-ha; oleh karena itu umat Islam tidak boleh mengadakan perayaan-perayaan yang baru apa pun bentuknya, dan tidak boleh juga mengikuti perayaan orang-orang kafir; karena ajaran orang kafir itu bathil, sesat, dan kufur; baik Yahudi, Nasrani, atau yang lainnya. Apakah itu PERAYAAN NATAL atau yang semisalnya; semuanya bathil, semuanya sesat, semuanya kufur.

NATAL dilakukan oleh orang-orang Nasrani, dan orang-orang Nasrani itu kafir. Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an dalam Surat Al-Maa-idah ayat 73:

{لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ...}
“Sungguh, telah KAFIR orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga…”

Allah juga berfirman dalam Surat Al-Maa-idah ayat 72:

{لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ...}
“Sungguh, telah KAFIR orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah Dia-lah Al-Masih putra Maryam.’…”

Maka umat Islam tidak boleh mengikuti perayaan NATAL sama sekali, TIDAK BOLEH MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL; karena seolah-olah dia mengatakan: “Selamat atas lahirnya anak tuhan.” Ini kekufuran, ini kebathilan, ini kesesatan yang membawa manusia ke Neraka.

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata dalam "Ahkaamu Ahli adz-Dzimmah":

وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به؛ فحرام بالاتفاق، مثل: أن يهنئهم بأعيادهم، وصومهم؛ فيقول: عيد مبارك عليك أو تهنأ بهذا العيد، ونحوه. فهذا -إن سلم قائله من الكفر- فهو من المحرمات، وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب.
بل ذلك أعظم إثمًا عند الله وأشدُّ مقتًا من التهنئة بشرب الخمر، وقتل النفس، وارتكاب الفرج الحرام، ونحوه.
وكثير ممن لا قدر للدِّين عنده يقع في ذلك ولا يدري قُبْحَ ما فعل. فمن هنَّأ عبدًا بمعصية أو بدعة أو كفر؛ فقد تعرَّض لِمَقْتِ الله وسخطه.
“Adapun memberikan ucapan selamat dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus; maka haram dengan kesepakatan (para ulama); seperti: memberikan ucapan selamat dengan hari raya mereka (orang-orang kafir) dan puasa mereka; dengan mengatakan “Perayaan yang diberkahi atasmu atau bergembiralah dengan (perayaan) ini.” Dan yang semisalnya. Hal ini -kalau yang mengucapkannya selamat dari kekufuran- maka ini termasuk hal yang diharamkan, hal itu sama seperti mengucapkan selamat kepada mereka atas sujud mereka terhadap salib.

Bahkan hal itu lebih besar dosanya dan lebih dimurkai di sisi Allah dibandingkan ucapan selamat atas minum khamr, membunuh orang, berzina, dan yang semisalnya.

Banyak dari orang-orang yang tidak menghargai agama; terjatuh dalam hal tersebut dengan tidak mengetahui keburukannya. Maka barangsiapa yang mengucapkan selamat atas kemaksiatan, kebid’ahan, atau kekufuran; maka dia telah mengantarkan dirinya menuju kemarahan dan kemurkaan Allah.”

PRINSIP YANG KEEMPAT:

Tidak boleh menghadiri perayaan orang-orang kafir. Allah berfirman dalam Surat Al-Furqan ayat 72:

{وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ...}
“Dan orang-orang yang tidak menghadiri kedustaan….”

Ditafsirkan oleh Abul ‘Aliyah, Thawus, Ibnu Sirin dan yang lainnya: Yang dimaksud dengan Az-Zuur (kedustaan) adalah:

أَعْيَادُ الْمُشْرِكِيْنَ
"Perayaan orang-orang musyrik."

Di antara ciri ‘Ibadur Rahman (hamba-hamba Allah) yaitu: mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri perayaan orang-orang musyrik.

Jangankan perayaan orang-orang kafir; perayaan-perayaan yang diada-adakan oleh umat Islam yang tidak ada contohnya dalam agama Islam; kita tidak boleh mengadakannya; apakah itu perayaan Maulid, perayaan tahun baru Islam: tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam seumur hidupnya dan tidak pernah dilakukan oleh para Shahabat radhiyallaahu ‘anhum ajma’iin. Kewajiban kita sebagai umat Islam adalah: Mengikuti ajaran Islam yang benar ini: Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salaf. Dengan ini kita akan selamat.

Jadi kita jangan mengikuti perayaan-perayaan yang ada, jangan menghadiri, jangan mengucapkan selamat; meskipun itu kerabat kita. Artinya: Kalau ada di antara keluarga kita, atau tetangga kita, atau teman kantor kita: YANG KAFIR; maka tidak boleh kita ucapkan selamat sama sekali, dan tidak boleh juga kita membantu dalam perayaan mereka; karena perbuatan mereka bathil, dosa dan sesat, Allah berfirman dalam Surat Al-Maa-idah ayat 2:

{...وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ...}
“Dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”

Kalau alasannya mendakwahkan orang-orang kafir; maka mendakwahkan orang-orang kafir bukan berarti ikut serta dalam perayaan mereka. Mendakwahkan orang-orang kafir bisa dilaksanakan di kantor, di pasar, di kampus, di tempat praktek, di mana saja. Karena Allah juga memerintahkan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk mendakwahkan mereka. Allah berfirman dalam Surat Ali ‘Imran ayat 64:

{قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
“Katakanlah: ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling; maka katakanlah (kepada mereka): Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim.”

Tegas mendakwahkan orang-orang kafir bahwa ajaran yang Haq hanyalah Islam dan bahwa apa yang mereka yakini adalah bathil, sesat, kufur dan membawa ke Neraka.

Setiap hari kita minta kepada Allah:

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”

Kalau kita ingin kita ingin mendapatkan hidayah; petunjuk sampai akhir hayat kita; yang kita minta kepada Allah adalah: Agar kita berpegang kepada Agama Islam ini: Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan mengikuti pemahaman Salaf.; tidak yang lain. Minta kepada Allah: Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Allah beri nikmat: Para Nabi, Shiddiqin, Syuhada, dan Shalihin; yaitu jalan Rasul dan para Shahabat beliau.

Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- menafsirkan orang-orang yang dimurkai adalah: Orang-orang Yahudi dan orang-orang yang sesat adalah: Orang-orang Nashara.

Jangan ikuti jalannya orang-orang Yahudi, jangan ikuti jalannya orang-orang Nasrani, jangan ikuti ‘Aqidah mereka, jangan ikuti keyakinan mereka, jangan ikuti pemahaman mereka, jangan ikuti perayaan mereka.

Ajarkan anak-anak kita untuk berpegang teguh dengan agama Islam, jelaskan kepada anak-anak kita: Bahwa satu-satunya agama yang Haq adalah agama Islam. Karena kita ingin anak-anak kita masuk Surga; sebagaimana kita juga ingin masuk Surga. Jauhkan mereka dari segala macam kesyirikan dan do’akan mereka agar mereka selamat. Jangankan kita; Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam Abul Anbiyaa’ (Bapaknya para nabi), "Khaliilur Rahmaan" (Kekasih Allah) berdo’a kepada Allah:

{...وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ}
“Jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari penyembahan terhadap berhala”

Tetap beliau berdo’a kepada Allah agar dirinya dan anak cucunya dijauhkan dari penyembahan berhala. Karena bukan tidak mungkin seseorang itu sesat, kita hati-hati dan kita waspada. Mudah-mudahan Allah menjaga kita dan melindungi kita dan keluarga kita dari api Neraka. Semoga Allah menunjukki kita kepada jalan yang lurus.

DIAMBIL DARI KHUTHBAH FADHILATUL USTADZ YAZID BIN ‘ABDUL QADIR JAWAS -hafizhahullaah- TAHUN (2014) -dengan penambahan dan pengurangan-.

ahmad hendrix

Tidak ada komentar: