Nasehat Syeikh Albani kepada pengekor harokiyun

Suatu ketika Syaikh Nashiruddin al-Albani hadir dalam majlis Jumat di satu masjid di Damaskus. Dalam khutbahnya, Khatib menyeru: "hanya Allah lah yg berhak menetapkan hukum di muka bumi ini"; ia menghujat rezim yg berkuasa dan menerapkan hukum selain hukum Allah. Dalam kesempatan itu, kebetulan Syaikh juga melihat Khatib melakukan suatu kesalahan fikih.

Bermaksud mengingatkan, seusai sholat, beliau mendatangi sang Khatib dan berkata: "engkau melakukan ini dan itu yg bertentangan dgn sunnah". Lalu sang Khatib mnjawab "aku seorang Hanafiyyah, dan mazhab Hanafi mngajariku ini dan itu yg kulakukan". Seketika Syaikh al-Albani menimpali: 'Subhanallah! Engkau telah memberi khutbah tentang pentingnya mengikuti hukum Allah. 

Nasehat Syeikh Albani kepada pengekor harokiyun

Sayangnya engkau hanya memakainya untuk menyerang pemerintah yg tdk menerapkan syariat islam, sementara kau lupakan dirimu sendiri - yg mana hukum Allah (mendahulukan sunnah di atas fanatisme golongan) berlaku untuk setiap muslim"

Begitulah! benih2 kekacauan telah ada sejak lama di Suriah yg tentu saja dipicu ketidakpuasan terhadap rezim penguasa. Syaikh al-Albani dalam banyak kesempatan telah menasehati umat agar bersabar, tapi faktanya ulama2 pergerakan (harokiyyun) dan pemikiran khawarij IM (Ikhwanul Muflisin) terus memprovokasi rakyat awam memanfaatkan setiap sentimen negatif thd penguasa. 

Jika dalam kurun waktu 1976 sd 1982 berbagai demonstrasi, kerusuhan dan makar yg dimotori IM hanya terkonsentrasi di kota2 seperti Hama atau Allepo, maka puncak provokasi itu adalah revolusi besar yg meluas di seluruh Suriah pada Maret 2011. Perlawanan dan kerusuhan terjadi di banyak tempat, yg akhirnya berujung pada kerusakan dan kebinasaan yg kita lihat sekarang di Allepo, Madaya, Idlib, Hama, Lattakia dan banyak kota2 indah lainnya di Suriah.

Begitulah! banyak kelompok yg beralasan ingin menegakkan atau membela hukum Allah, kemudian menghujat pemerintah, teriak2 tegakkan khilafah, bahkan diantaranya adalah neo-khawarij yg mnganjurkan makar, sementara faktanya mereka belum mampu menegakkan Islam dalam diri mereka sendiri: masih bersahabat dgn syubhat semisal riba, masih berdamai dgn bid'ah bahkan kesyirikan, dan juga fanatik buta pada habib/kyai kelompoknya (ketimbang rujuk pd Quran dan Sunnah).

Dalam pandangan Syaikh al-Albani, mereka itu menggunakan apa yg mereka sebut sbg tauhid hakimiyah (keyakinan tiada hukum selain hukum Allah) untuk menjalankan propaganda politik atau agenda kelompoknya. Bahasa kekiniannya: politisasi agama ... Dimana arahnya cuma satu, yaitu kerusakan dan fitnah yg lebih besar. Wallahul Musta'an.

(Katon Kurniawan)

Tidak ada komentar: