Kisah Menakjubkan Kezuhudan Sahabat Umair Bin Sa'ad Radhiallahu Anhu

Di dalam sebuah riwayat disampaikan bahwa Umar radhiallahu anhu adalah sosok sahabat yang tidak pernah condong kepada siapapun.

Ia juga tidak pernah berbasa-basi dengan siapapun dalam hal yang berkaitan dengan agama Allah subhanahu wa ta'ala. Pada suatu hari dia hendak memilih seorang pemimpin untuk menjadi seorang pemimpin dikota Himsh. Dia menentukan beberapa persyaratan dari para calon pemimpin.

Persyaratan yang disebutkan Umar radhiallahu anhu itu tidak pernah didengar, kecuali dialam mimpi.
Menurut Umar, pemimpin harus orang yang zuhud,wara',jujur dan bisa menjaga rahasia,gemar berpuasa,gemar shalat malam dan senantiasa menghindar dari kekuasaan serta tidak pernah mengharapkannya.

Umar pernah berkata, "Aku menginginkan seorang laki-laki ditengah-tengah suatu kaum yang bukan pemimpin mereka, namun dia tampak seperti pemimpin mereka. Apabila laki-laki itu diangkat sebagai pemimpin, dia tidak tampak seperti pemimpin, dia tidak tampak seperti peimpin, tetapi justru seperti rakyat biasa.

Kezuhudan Sahabat Umair Bin Sa'ad Radhiallahu Anhu

Doa menginginkan seorang pemimpin yang tidak pernah tampil lebih mewah daripada rakyatnya, baik dalam hal pakaian,makanannya, maupun tempat tingggalnya, senantiasa mengerjakan shalat bersama rakyatnya,membagi-bagikan rezeki kepada mereka dengan benar,mengeluarkan keputusan dengan adil dan tidak menutup pintu tatkala rakyatnya membutuhkannya."

Pada saat itu, sosok yang terlintas dibenak Umar radhiallahu anhu, adalah UMAIR bin SA'AD. Diapun memilihnya sebagaimana sebelumnya,dia memilihnya sebagaimana dia telah memilih Said bin Amir.

Tujuan Umar memilih Umair adalah agar orang-orang dapat menjadikannya sebagai teladan dalam bersikap zuhud,wara',adil dan memiliki jiwa ksatria.

Umar bin Khaththab radhiallahu anhu pun memangigil Umair bin Sa'ad yang sedang berada di medan perang di negeri Syam.

Ketika sampai dikediaman Umar, Umair langsung disodori surat pengangkatan untuk menjadi gubernur daerah Himsh. Umair berusaha mencari alasan untuk menolak pengangkatan itu. Akan tetapi, Umar memaksanya. Hinggan akhirnya, dengan terpaksa, Umair pun memenuhi permintaan tersebut. Ia sebelumnya menolak karena memiliki keinginan untuk menghabiskan sisa usianya dimedan perang gar Allah Ta'ala menganugerahkan kepadanya mati syahid di jalan-Nya.

Setelah surat pengangkatan itu disetujui, Umair bertolak menuju kota Himsh untuk memulai tugasnya, Ketika memasuki kota himsh, dia langsung mengajak seluruh penduduk Himsh,untuk melaksanakan shalat berjama'ah. Setelah melaksanakan shalat, Umair berkhotbah didepan mereka.
Dalam khotbah yang dimulai dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah ta'ala dan bershalawat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dia berkata,"Ketahuilah, sesungguhnya islam mempunyai tembok yang sangat kokoh, dan pintunya yang sangat kuat. Tembok islam adalah KEADILAN, sedangkan pintunya adalah KEBENARAN.

Jika tembok itu dirobohkan dan pintu itu dihancurkan, maka islam akan hancur. Islam akan tetap kokoh bila para pemimpin bertindak TEGAS.

KETEGASAN itu bukan dengan membunuh menggunakan pedang atau cambukan cemeti,melainkan dengan mengeluarkan keputusan yang benar dan adil." (Ath thabaqaat(IV/227)

Dengan kalimat yang sangat jelas itu, Umair memulai perjuangannya dikota Himsh. Setelah satu tahun Umair menghabiskan waktunya di Himsh, Umar merasa perlu mengetahui kinerja Umair. Hal itu karena tidak ada beita tentang Umair yang sampai kepadanya. Umar mengirim surat kepada Umair. Dalam surat itu, Umar menulis,"Apabila suratku ini sampai ketanganmu, datanglah kemari dengan membawa harta yang telah kamu kumpulkan dari sedekah dan zakat."

Setelah membaca surat itu, Umair bergegas menyiapkan tas ransel,tempat makanan,kantong kulit dan tongkatnya. Setelah semua persiapan beres, Umair berangkat dengan berjalan kaki. Butuh beberapa hari perjalanan ditengah padang pasir untuk sampai kota madinah.

Dengan wajah yang pucat pasi, tubuh penuh debu,dan rambut kumal, Umair menghadap sang khalifah, Umar bin Khaththab Radiyallahu anhu dan mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum, wahai Amirul Mukminin!" Umarpun membalas salamnya lalu bertanya,"Mengapa kondisimu seperti ini?" Umair menjawab,"Bukankah aku sehat-sehat saja? Aku datang kemari dengan dunial. Umar mengira dia membawa harta seperti tercantum didalam surat yang dikirimkannya kepadanya.

"Kamu datang kemari dengan berjalan kaki?" Tanya Umar. "Iya." jawab Umair, "Apakah tidak ada seorangpun yang mau memberimu kendaraan?" tanya Umar lagi "Tidak ada. Aku juga tidak mau meminta kepada mereka." jawab Umair. "Orang-orang muslim disana tidak beradab." kata Umar. Umair menasehati Umar dengan berkata,'Wahai Umar, sesungguhnya Allah melarangmu berkata ghibah."

Umar bertanya lagi,"Apa yang kamu bawa kemari?" Umair menjawab, "Harta yang mudah dikumpulkan ,baik zakat maupun sedekah,sudah saya bagikan seluruhnya sesuai ajaran islam. Kalau saja masih tersisa niscaya aku akan membawanya kemari." Umar lalu memanggil seorang pegawainya dan berkata kepadanya,"Perbaruilah surat perjanjian dengan Umair!" Umairpun berkomentar,"Tidak perlu. Aku tidak mau lagi bekerja denganmu, juga dengan siapapun."

Setelah percakapan berakhir, Umair meminta izin, untuk menemui keluarganya dipinggiran kota madinah. Umarpun mengizinkannya.

Tidak beberapa lama setelah itu,Umar ingin menguji kejujuran Umair agar hatinya menjadi tenang setelah memilihnya sebagai pemimpin. Umar ingin tahu sejauhmana Umair menjaga amanah. Umar memanggil seorang laki-laki bernama Harits dan memberinya uang sebesar seratus dinar, lalu berkata,"Pergilah kamu kerumah Umair, seperti seorang tamu baginya. Jika kamu melihat tanda-tanda kekayaan, maka kembalilah kemari. Namun, jika kamu melihatnya sedabng paceklik, maka berikan uang seratus dinar ini kepadanya."

Harits pun pergi, ketika sampai dirumah Umair,harits mendapatinya sedang duduk sambil mengawasi bajunya yang dijemur dibalik tembok. Tahu bahwa ada seseorang yang datang kearahnya, Umair berkata,"Silahkan mampir kemari!"Harits pun mendatangi Umair untuk memenuhi panggilannya, "Engkau dari mana?" tanya Umair. "Dari Madinah." jawab harits.

Umair kemudian menanyakan kabar Umar,"Bagaimana kabar Amirul Mukminin saat engkau meninggalkan madinah?" Harits menjawab,"Dia baik-baik saja" Umair bertanya lagi,"Bagaimana kabar kaum mukminin disana?" Harits menjawab,"Alhamdulillah, mereka baik-baik saja." Umair melanjutkan,"Aku mendengar bahwa beberapa hari yang lalu Umar menegakkan hudud(hukuman), benarkah demikian?" HArits menjelaskan,"Benar dia telah mencambuk anaknya sendiri yang telah berzina." Umair kemudian berdoa,"Ya Allah,bantulah Umar karena yang aku tahu dai adalah sosok yang sangat mencintai-Mu."

Harits pun pulang kemadinah untuk menemui Umar, Umar bertanya kepadanya,bagaimana kondisi keluarga Umair yang telah kamu lihat?" HAritspun menjawab,"Aku melihat keluarganya dalam kondisi memprihatinkan." Umar bertanya lagi,"Lantas apa yang dia lakukan terhadap uang dinar itu?" Harits menjawab,"kurang tahu."

Umar menulis surat untuk Umair dalam surat itu, Umar menulis,"Jika suratku ini sudah sampai ditanganmu, maka janganlah kamu lepaskan hingga kamu menghadapku." Umairpun bergegas menghadap Umar.

Umar bertanya kepada Umair, "Apa yang kamu perbuat terhadap uang dinar itu?" Umair menjawab," Bukankan hakku untuk menggunakan uang itu?" Kenapa engkau bertanya?" Umar mendesak, "Demi Allah, beritahukan kepadaku, apa yang kamu perbuat terhadap uang itu?" Umair menjawab,"Uang itu aku gunakan untuk diriku pada hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna." Umar lalu berkata," Mudah-mudahan Allah merahmatimu."

Umar kemudian menyuruh seseorang untuk memberikan satu karung makanan dan dua baju. Namun Umair berkata,"Aku tidak butuh makanan. Dirumahku ada dua sha' gandum. Aku rasa itu sudah cukup karena gandum itu adalah rezeki Allah kepadaku." Umairpun meninggalkan makanan tersebut. Setelah itu, dia berkata lagi,"Adapun dua baju ini aku bawa saja karena istri si fulan tidak memiliki baju." Umair pun kembali kepada keluarganya dengan membawa dua baju tadi."(Shifatush shafwah(I/297-298)

Umar berkat, "Aku berharap kelak akan muncul lagi Umair bin Sa'ad radhiallahu anhu yang lain." Umair menjalani kehidupannya dengan sikap zuhud,wara' dan tidak pernah mengharap kekuasaan serta kehormatan. Bahkan dia tidak pernah tergiur dengan dunia dan segala perhiasannya. Dia hanya ingin bertemu dengan nabinya Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Dia khawatir dunia akan menghalanginya dalam usahanya untuk mewujudkan keinginannya itu.

Tak lama setelah bertemu dengan Umar, Umair dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Ketika berita meninggalnya Umair sampai ditelinga Umar,Umar sangat sedih. Dia berdoa kepada Allah untuk memberikan rahmat kepada Umair.

Umar radhiallahu anhu turut menghadiri pemakaman Umair di Baqi'. Sesampainya disana, Umar berkata kepada sahabatnya,"Sekarang aku harap setiap orang diantara kalian mengungkapkan keinginannya." Seseorang laki-laki berkata,"Wahai Amirul Mukminin aku ingin memiliki banyak harta,yang akan aku infakkan di jalan Allah. " Orang yang lain berkata,"Aku ingin menjadi orang kuat sehingga aku bisa mengambilkan air zam-zam untuk para jama'ah haji." Namun, Umar justru berkata,"Aku ingin memiliki banyak sahabat yang berjiwa ksatria seperti Umair Bin Sa'ad sehingga aku bisa meminta tolong kepada mereka untuk menyelesaikan semuat urusan umat islam."(Shifatush shafwah I/298)

Abdurrahman bin Umair bin Sa'ad berkata,"Ibnu Umar berkata kepadaku,'tidak ada seorang laki-laki pun dari sahabat rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang lebih baik daripada ayahmu."

Ibnu Sirin radhiallahu anhu meriwayatkan,bahwa Umar adalah orang yang paling takjub dengan sosok Umair bin Sa'ad hingga dia memberinya julukan 'Sosok yang unik'

Mufadhdhal al Ghalabi radhiallahu anhu berkata,"Para penyandang gelar zuhud dari kaum anshar ada tiga orang yaitu
~ Abu Darda radhiallahu anhu
~ Syaddad bin Aus radhiallahu anhu
~ Umair bin Sa'ad radhiallahu anhu.

(Zuhduts Tsamaaniyah minat Tabi'in(38)

di kutip dari buku "TERAPI PENYAKIT WAHN (CINTA DUNIA)"

Tidak ada komentar: