Jubah kebesaran tidak pernah salah pakai

Hadist atau sunnah nabawiyah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al quran, kutubus sittah adalah kitab terdepan dalam rujukan umat Islam.

Keenam kitab itu adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Nasai, Sunan Tirmizi dan Sunan Ibn Majah.

"Tiga dari keenam ulama diatas adalah non arab, mereka menjadi pakar hadist walaupun orang ajam" ucap Syaikh Dr. Saad Habib Al Anazi dalam daurahnya dengan tema "sejarah penulisan hadist dan referensi ilmu hadist" pada 25 Juli 2018 kemaren di Baso yang dikhususkan untuk dai Sumbar.

Mereka adalah Imam Bukhari dari Uzbekistan, Abu Daud dari Sijistan dan Imam Tirmizi dari Uzbekistan.

Syaikh Saad menyampaikan "untuk menjadi ulama tidak butuh melihat nasab (garis keturunan) tapi bilkasab (usaha), tidak peduli kita orang arab ataupun orang non arab"

Kalimat diatas adalah yang paling berkesan bagi saya, hingga pantaslah rasannya untuk direnungkan dan dihayati.

Memang untuk menjadi orang terpandang disisi Allah taala tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, tidak dibatasi oleh garis keturunan dan suku bangsa, kuncinya ada pada tekad dan keberkahan dari Allah taala.

Jubah kebesaran tidak pernah salah pakai

Setiap orang berhak dan bisa seperti ulama diatas, walaupun non arab mereka unggul dalam bidang yang membutuhkan keahlian dalam bahasa arab.

Bukan hanya mereka, masih banyak ulama lain yang non arab. Diantaranya Imam Abu Hanifah berasal dari keluarga Persia dari Kabul di Afganistan, Ibn Hibban dari Sijistan di pelosok pegunungan Afganistan, Imam Qurtuby, Ibn Abdil Bar, Ibn Rusyd dan Ibn Hazm dari Andalusia atau Spanyol saat ini, Zamakhsyari dari Turkistan.

Dari Iran yang kebangsaannya Persia bahkan sampai hari ini masih menggunakan bahasa Persia seperti Imam Muslim di Naisabur, Imam Nasai dari Khurasan, Abu Hatim dan Abu Zura'h di Roi dan Sibawaih.

Masih banyak ulama lain yang berasal dari non arab, maka bagi setiap jiwa untuk tanamkan dalam dirinya bahwa walaupun kita berdarah melayu dan kebangsaan Indonesia kita juga mampu memakai jubah kebesaran yang dipakaikan oleh Allah taala sebagai pewaris para nabi.

Orang Indonesiapun telah mengukir prestasinya, seperti Imam Nawawi Al bantani dari Banten, Imam Khatib Al Minangkabawi dan Syaikh Yasin Al Fadani dari Ranah Minang.

Walaupun banyak pendahulu, tekad dan kemauan jugalah yang memandu.

Jika menginginkan tempat yang tinggi disisi Allah maka ikutilah langkah para pendahulu yang telah meletakkan kakinya di puncak tertinggi dengan jubah kemuliaannya yaitu ilmu.

(Rail / Nilai sebuah Impian : ...)

Tidak ada komentar: