Bentuk-Bentuk Shalat Tarawih Dan Witir Dalam Riwayat Shahih

Bentuk-Bentuk Shalat Tarawih

Saudara dan Saudariku yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

1• Tiga belas rakaat, dua rakaat-dua rakaat yang diawali dengan dua rakaat ringan.

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani ia berkata:"Aku akan mempraktikkan shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shalat dua rakaat ringan, lalu shalat dua rakaat yang sangat lama, demikian pula dua rakaat berikutnya dan sesudahnya. Lalu shalat dua rakaat tetapi lebih pendek dari sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari sebelumnya, kemudian shalat witir (tiga rakaat). Maka jumlahnya tiga belas rakaat." [HR. Muslim no. 1284]

2• Tiga belas rakaat, delapan rakaat dilakukan dua-dua, lalu witir lima rakaat dengan duduk tasyahud di rakaat terakhir.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidur malam, apabila bangun beliau bersiwak lalu berwudhu kemudian melakukan shalat delapan rakaat, salam setiap dua rakaat. Setelah itu beliau berwitir lima rakaat dengan duduk tasyahud dan salam pada rakaat yang kelima." [HR. Muslim no. 737 dan Ahmad, no. 24965]

3• Sebelas rakaat, salam setiap dua rakaat, dan witir satu rakaat.

Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ia berkata: "Biasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat setelah isya -yang oleh orang-orang dinamakan dengan shalat ‘atamah- sampai menjelang fajar sebanyak sebelas rakaat, salam pada setiap dua rakaat dan witir satu rakaat. Apabila muadzin telah mengumandangkan adzan fajar, dan fajar telah nampak jelas dan muadzin pun telah hadir, maka beliau shalat dua rakaat ringan (yaitu shalat sunnah fajar) kemudian berbaring di sisi badan yang kanan sehingga muadzin datang mengumandangkan iqamat." [HR. Muslim no. 736]

4• Sebelas rakaat, empat rakaat-empat rakaat lalu witir tiga rakaat.

Dari Abu Salamah bin Abdirrahman bertanya kepada ‘Aisyah: "Bagaimana shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan?" Aisyah menjawab, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah shalat di bulan Ramadhan maupun di bulan selainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, kamu jangan menanyakan bagus dan panjangnya. Setelah itu shalat empat rakaat dan kamu jangan menanyakan bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat (witir) tiga rakaat." [HR. Bukhari no. 1909 dan Muslim no. 738]

5• Sebelas rakaat, delapan rakaat dengan tasyahud, tetapi tidak salam, kemudian bangkit satu rakaat dan salam (berarti sembilan rakaat). Kemudian shalat dua rakaat dan salam.

Dari Sa’d bin Hisyam bin ‘Amir, ia berkata: "Wahai Ummul Mukminin, kabarkan kepadaku tentang shalat witir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam." Aisyah menjawab: "Kamilah yang mempersiapkan siwak dan air wudhu beliau. Bila Allah membangunkan beliau pada waktu yang dikehendaki di malam hari, beliau bersiwak dan berwudhu lantas shalat sembilan rakaat tidak duduk (tasyahud) kecuali pada rakaat kedelapan. Beliau berdzikir, memuji Allah, (membaca shalawat Nabi -dalam riwayat yang lain-), dan berdoa, kemudian beliau bangkit dan tidak salam meneruskan rakaat kesembilan. Kemudian beliau duduk, berdzikir, memuji Allah, (membaca shalawat Nabi -dalam riwayat yang lain-), dan berdoa, kemudian salam dengan satu salam yang terdengar oleh kami. Setelah itu beliau shalat dua rakaat sambil duduk. Jadi jumlahnya sebelas rakaat wahai anakku. Ketika beliau telah tua dan gemuk, beliau berwitir tujuh rakaat, kemudian dua rakaat setelahnya dilakukan seperti biasa, maka jumlahnya sembilan wahai anakku." [HR. Muslim no. 746]

6• Sembilan rakaat, di antaranya enam rakaat, duduk tasyahud pada rakaat keenam namun tidak salam, kemudian bangkit satu rakaat dan salam (berarti tujuh rakaat). Kemudian shalat dua rakaat dengan duduk. Dasarnya adalah hadits yang telah disebut sebelumnya. (HR. Muslim no. 746)

Bolehkah Witir Dua Kali dalam Satu Malam ?

Mengerjakan witir dua kali dalam satu malam hukumnya adalah makruh berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ
"Tidak boleh ada dua witir dalam satu malam." [HR. Tirmidzi no. 470, Abu Daud no. 1439, An Nasa-i no. 1679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]

Catatan:

ⓐ Shalat witir bisa dilakukan sebelum atau sesudah tidur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّكُمْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ ثُمَّ لْيَرْقُدْ وَمَنْ وَثِقَ بِقِيَامٍ مِنَ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ مِنْ آخِرِهِ فَإِنَّ قِرَاءَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَحْضُورَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ
"Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia witir dan baru kemudian tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena bacaan di akhir malam dihadiri (oleh para Malaikat) dan hal itu adalah lebih utama." [HR. Muslim no. 755]

ⓑ Kaifiyat pelaksanaan shalat witir tiga rakaat ini bisa dua macam.

Pertama, dilakukan tiga rakaat sekaligus dengan duduk tasyahud dan salam di rakaat ketiga.

Kedua, dilakukan dua rakaat salam, dan satu rakaat salam, sesuai dengan keumuman kaifiyat shalat malam: "Shalat malam itu dilaksanakan dua rakaat-dua rakaat." [HR. Muslim no. 749]

Disunnahkan membaca Qunut dalam Shalat Witir.

ⓐ Doa qunut yang dibaca dalam shalat witir adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hasan bin ‘Ali: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepadaku beberapa kata yang selalu kuucapkan pada waktu witir,

اَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِيْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، [وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ]، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
(Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan apa yang tidak disukai) sebagaimana orang yang telah Engkau lindungi, sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berikanlah berkah terhadap apa-apa yang telah Engkau berikan kepadaku, jauhkanlah aku dari kejelekan apa yang telah Engkau telah takdirkan. Sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan hukum, dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepada-Mu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Rabb kami yang Maha Tinggi. [HR. Abu Dawud no. 1425, Tirmidzi no. 464, Ibnu Majah no. 1178, An-Nasa’i dalam Al-Kubraa no. 1442, dan Ahmad no. 1727, dan Baihaqi 2/209,497-498. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaaul-Ghalil 2/172]

Bisa ditambahkan shalawat di akhir doa qunut. [lihat Irwaaul-Ghalil 2/175 no. 430]

ⓑ Doa qunut bisa dilakukan sebelum atau setelah rukuk. Keduanya telah ada contohnya dalam Sunnah.

Dari Ubay bin Ka’b radhiallahu ‘anhu bahwasannya, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut dalam shalat witir sebelum rukuk." [HR. Abu Dawud no. 1427, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/268 dan Irwaaul-Ghalil 2/167]

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia menceritakan qunut nazilah yang dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berqunut selama satu bulan (yaitu qunut nazilah) setelah rukuk dalam shalat shubuh mendoakan kecelakaan atas Bani Ri’l, Dzakwan… [HR. Muslim no. 677]

ⓒ Mengangkat Tangan dan Mengucapkan Aamiin (Bagi Makmum)

Dasarnya adalah keumuman hadits Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
"Sesunguhnya Rabb kalian tabaroka wa ta’ala Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya, jika hamba tersebut menengadahkan tangan kepada-Nya, lalu kedua tangan tersebut kembali dalam keadaan hampa." [HR. Abu Daud no. 1488 dan At Tirmidzi no. 3556. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini shohih]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut (nazilah) pada waktu shalat Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Shubuh di akhir shalat, dan ketika mengucapkan Sami’alloohu liman hamidah_ pada rakaat terakhir, beliau mendoakan kecelakaan atas Bani Sulaim, yaitu suku Ri’l, Dzakwaan, dan Ushayyah. Sementara orang-orang di belakang beliau mengaminkannya. [HR. Abu Dawud no. 1443 dan dihasankan oleh SyaikhAl-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/397]

ⓓ Doa di Akhir Shalat Witir

Ada dua doa yang bisa diamalkan sebagai berikut:

١). سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
“Subhaanal malikil qudduus" -dibaca 3x

Maha Suci Engkau yang Maha Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan. [HR. Abu Daud no. 1430, An-Nasai no. 1735, dan Ahmad 3: 406. Al-Hafizh Abu Thahir mengatkaan bahwa sanad hadits ini shahih]

Cara Baca “Subhaanal Malikil Qudduus”

Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,

فَإِذَا فَرَغَ قَالَ عِنْدَ فَرَاغِهِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يُطِيلُ فِي آخِرِهِنَّ
"Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai dari witirnya, beliau membaca ‘subhaanal malikil qudduus (sebanyak tiga kali)’, beliau memanjangkan di akhirnya." [HR. An-Nasa’i no. 1700, Ibnu Majah no. 1182. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih]

Dari Ibnu ‘Abdirrahman bin Abza, dari bapaknya, ia berkata,

وَكَانَ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثًا وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالثَّالِثَةِ
"Jika mengucapkan salam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca, ‘Subhaanal malikil qudduus’ sebanyak tiga kali lalu beliau mengeraskan suaranya pada ucapan yang ketiga." [HR. An-Nasa’i no. 1733 dan Ahmad 3: 406. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih]

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
"Allahumma inni a’udzu bi ridhaoka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik" -dibaca 1x-

Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri. [HR. Abu Daud no. 1427, Tirmidzi no. 3566, An-Nasa’i no. 1748 dan Ibnu Majah no. 1179. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih]

والله أعلم… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم. وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Referensi:

• Ensiklopedi Fiqh Praktis Menurut Al-Quran dan As-Sunnah. Karya Syaikh Husain bin 'Audah Al-'Awaisyah.
• Meneladani Rasulullah dalam Berpuasa & Berhari Raya. Karya Syaikh Ali bin Hasan & Syaikh Salim bin Ied al Hilali.

Disusun oleh: Akhukum Fillah Abu Muhammad Royhan hafidzahullah
repost from http://kontakk.com/@permatasunnah

Tidak ada komentar: