Ciri-ciri manusia yang berakal...

Ciri-ciri manusia yang berakal...


Berkata Imam Abu Hatim Muhammad Ibnu Hibban رحمه الله :

الواجب على العاقل لزوم السلامة بترك التجسس عن عيوب الناس، مع الاشتغال بإصلاح عيوب نفسه، فإن من اشتغل بعيوبه عن عيوب غيره أراح بدنه، ولم يتعب قلبه، فكلما اطلع على عيب لنفسه هان عليه ما يرى مثله من أخيه، وإنَّ مَن اشتغل بعيوب الناس عن عيوب نفسه عمي قلبُه، وتعب بدنُه، وتعذَّر عليه ترك عيوب نفسه، 
“Wajib bagi orang yang berakal untuk senantiasa menetapi (mencari) keselamatan dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus (mencari-cari aib orang lain), hendaklah ia senantiasa sibuk memperbaiki aibnya sendiri.

Karena sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan aibnya sendiri dan melupakan aib orang lain, maka hatinya akan menjadi tenteram dan tidak akan merasa lelah.

Maka setiap kali dia melihat aib yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa ringan tatkala melihat aib yang serupa ada pada saudaranya.

Sementara orang yang senantiasa sibuk dengan mencari aib orang lain dan melupakan aibnya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.”

وإن من أعجز الناس من عاب الناس بما فيهم، وأعجز منه مَنْ عابهم بما فيه، ومن عاب الناس عابوه، 
Dan sesungguhnya manusia yang paling lemah ialah manusia yang suka mencela manusia lainnya dengan aib yang ada pada mereka. Dan yang lebih lemah lagi diantara mereka ialah manusia yang mencela aib yang ada padanya. Dan siapa yang mencela manusia, mereka pun akan mencelanya.

ولقد أحسن الذي يقول: إذا أنت عبت الناس عابوا وأكثروا *** عليك وأبدوا منك ما كان يستر
Betapa baiknya ucapan ini: Kalau kamu mecela manusia, maka mereka akan mencelamu dan lebih banyak lagi # wajib atasmu untuk memulai dari dirimu apa yang menajdi rahasiamu

التجسس من شعب النفاق، كما أن حُسْن الظن من شعب الإيمان،
Memata-matai itu bagian dari kemunafikan, sebagaimana husnudz-dzan itu bagian itu bagian dari keimanan

والعاقل يحسن الظن بإخوانه، وينفرد بغمومه وأحزانه، 
Orang yang berakal itu selalu husnudz-dzan terhadap saudaranya, dan membersihkan dari dari kegundahan dan kegelisahan.

كما أن الجاهل يسيء الظن بإخوانه، ولا يفكر في جناياته وأشجانه.
Sebagaiman orang yang jahil itu selalu su'udz-dzan terhadap saudara-saudaranya, dan tidak berfikir atas pelanggaran dan kriminalnya.

(Raudhatul ‘Uqala Wa Nuzhatul Fudhola' hal. 131).

Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

Tidak ada komentar: